Rithy Pann menggantikan gambar-gambar yang hilang dari Kamboja pada masa pemerintahan Komunis dengan menggunakan shot-shot terhadap boneka yang ia rekam seakan fragmen-fragmen film. Boneka itu dibuat satu demi satu untuk keperluan adegan-adegan yang mungkin dianggap “tabu” dalam wacana genosida a la Claude Lanzmann (Shoah) karena meng-obyektifikasi pengalaman tak terperi berkaitan dengan pemusnahan massal manusia. Namun buat saya, strategi Pann menghadirkan boneka tanpa gerak ini luar biasa. Di satu sisi, ia membiarkan para boneka itu menjadi obyek tak bergerak (unanimated), maka pada saat yang sama penonton mengisi emosi dan gerakan mereka dalam benak. Proses menonton jadi sebuah kegiatan aktif mengisi dan membayangkan, bahkan menghidupkan (animated), figur-figur kecil itu. Proses simbolisasi kegerian terjadi di dalam kepala, bukan pada layar.
Tapi melalui teater boneka ini Rithy Pann sedang melakukan transformasi penggambaran itu, tak semata eksploitasi terhadap sensasi, tapi juga terhadap kenangan yang tampak polos tanpa dosa dan kengerian yang bertumpuk jadi satu. Karya ini, bagi saya, jadi semacam ledekan juga bagi kegandrungan teknologi motion-capture yang menganimasi makhluk yang sudah hidup.