
Mungkin film ini lebih tepat disebut travelog, bahkan mungkin film esei dan jauh dari pengertian dokumenter sebagai sarana pendidikan seperti yang dipercaya oleh John Grierson. Chris Marker memang seperti mendokumentasikan perjalanan ke Jepang dan Guinea Bissau, tapi ia lebih mirip melamun, sebuah usaha untuk mengingat-ingat ulang cara manusia membentuk kenangan dan segala orientasi dari apa-apa yang dianggap penting dalam hidup mereka. Lokasi dan waktu tampak penting, tapi apa yang lahir dari kedua dimensi itu dibuatnya jadi lebih penting lewat narator yang membacakan sebuah surat.
Bisa jadi hal penting dalam hidup manusia adalah kucing, tapi bisa juga matahari, sesuatu yang tak terhindarkan dalam hidup manusia. Maka Chris mengajak kita membayangkan seandainya bangsa Jepang berada dalam keadaan tanpa matahari: sebuah kondisi manusia tanpa sumbu orientasi.
Gagasan tentang upaya melabuh jangkar orientasi lewat kenangan dan ingatan ini dilakukan Chris Marker lewat kumpulan gambar mentah yang ditandai dengan dua hal penting: pertama, penyuntingan yang seakan acak sama sekali, tak mengikut pada ajaran sekolah-sekolah editing yang dikenal secara umum seperti 1) mendahulukan asosiasi makna (seperti ajaran Eseinstein) ataupun 2) kesatuan ruang dan waktu (seperti gaya Hollywood). Hal kedua, gambar-gambar itu sendiri punya ciri yang amat sangat kuat sehingga ia seperti sebuah pintu masuk untuk memahami dunia yang lain sama sekali. Maka saya jadi teringat lagu kelompok The Upstairs: apakah ini film ini berisi gambar manusia di planet bumi yang sedang dikunjungi oleh makhluk luar angkasa, ataukah sesungguhnya makhluk luar angkasa sudah membangun peradaban mereka di bumi?